Selasa, 04 Agustus 2015

Kisah Nyata: Sukses Tanpa Modal Besar

Apabila kita mendengar kata “BERBISNIS”, pasti dalam benak kita muncul yang namanya “perlu modal dalam jumlah yang sangat besar”. Siapa bilang berbisnis membutuhkan modal yang besar? Nah, ada kisah nyata yang ingin saya sharingkan dengan kompasianer semua, mengenai kisah seorang yang memulai bisnisnya dengan zero capital dan sukses saat ini.
Sabtu yang lalu saya mendapat mata kuliah Entrepreneurship, dimana dosen saya mengundang seorang temannya, berinisial “J”, untuk sharing kepada kita semua. Sharing mengenai pengalaman pribadinya, jatuh bangunnya, hingga ia bisa sukses sekarang. Pak “J” saat ini berusia 28 tahun dulunya ia pernah DO saat kuliah, karena dia mengambil jurusan computer enginerring, dan pada semester ke 3, ia tak sanggup melanjutkannya, karena ia merasa kesulitan menghadapi matakuliah tersebut. Setelah gagal, ia mencoba lagi masuk di bidang marketing, dan juga sambil kerja di luar. Dari kerjaannya itu ia mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan. Sebelumnya ia juga pernah menjual tiket-tiket untuk keluar kota dan juga keluar negeri (ticket agency), tentunya lama-kelamaan ia mulai familiar dengan dunia travelling, nah mulailah perlahan-lahan ia menciptakan bisnis sendiri. Saat itu, Pak “J” tidaklah mempunyai modal yang besar, tapi ia mempunyai banyak networking dan juga mempunyai dasar pengetahuan mengenai dunia travelling. Bisnis tersebut ia rintis hingga saat ini ia berhasil dan sudah memimpin 3 perusahaan dimana salah satu perusahaannya ada di Amerika Serikat, dan duanya di Indonesia.
Ia mengajarkan kepada kita, memulai bisnis tidak perlu modal besar, apalagi ia memulai dengan zero capital, dan terbukti ia berhasil, dan quotenya berbunyi “Start with what you have, and the business is YOU”. Itu pesan yang selalu ia ucapkan ketika ia men-share tentang pengalamannya kepada kita.
Sedikit cerita berupa pengalaman pribadi saya (tidak bermaksud untuk menyombongkan diri yhaa, hehehe ^^), dulu di saat SMP, saya pernah menjadi business planner kecil-kecilan sebanyak 2 kali, yaitu membuka stand makanan selama 2 hari berturut-turut dalam rangka meramaikan suasana classmeeting. Dengan kondisi keuangan yang pas-pasan, saya tidak memikir masalah modal untuk 2 hari, tapi yang saya pikirkan hanyalah hari pertama, saya membuat rancangan sedimikian rupa, sehingga pada hari pertama, bisnis kami menghasilkan keuntungan sebesar 300 ribu, dari keuntungan tersebut, saya lanjut ke planning hari kedua, tidak jauh beda dengan planning hari pertama, tapi ada beberapa hal yang saya perbaharui, dan ternyata saya bisa mendapatkan keuntungan sebesar 600 ribu. Total keuntungan yang saya peroleh selama 2 hari adalah 900 ribu, dan modal yang saya gunakan hanya 300-350 ribu/hari. Tetapi sebelumnya, saat pertama kali saya membuka stand makanan (tahun kedua SMP), saya mengalami kerugian, di samping tidak ada network, mungkin rancangan bisnis saya tidak sesuai, dan pengalaman itu saya bawa untuk rancangan pembukaan stand kedua kalinya (tahun ketiga SMP). Dan terbukti saya bisa mengubahnya menjadi lebih baik. Karena pas saya buka stand untuk yang kedua kalinya, saya mempunyai network yang cukup besar dan juga segala sesuatu saya persiapkan dengan matang. Saya memulainya dengan modal pas-pasan, dengan pengalaman sebelumnya yang saya dapatkan, tentunya tak lepas dari bantuan serta dukungan teman-teman. Saya bisa, tentunya teman-teman yang lain juga pasti bisa. Good Luck Guys!
“Do what you can do today, don’t wail till tomorrow!”
“Start with what you have, and the business is YOU.”

Sukses Tanpa Modal ala Bob sadino

Keadaan, seperti  apapun itu, ya jangan disalahkan. Keadaan kamu sekarang itu memang begitu adanya. Itu hasil kerja dari rangkaian keadaan dan pikiran yang kamu buat sebelumnya.
Jadi,” Jangan Mengeluhkan Keadaan”!!!
Bagaimana dan apapun kata orang, seorang Bob Sadino adalah contoh unik dari seorang pengusaha sukses, sekaligus ‘agak’ gila. Saya banyak terinspirasi dari perkataan, cerita dan motivasi yang om Bob sampaikan. Kali ini kita akan coba mengulas sedikit soal bagaimana memulai sebuah usaha tanpa modal sama sekali. Modal yang disini tentu modal uang, ya…
Pernah sekali waktu, om Bob bercerita, dulu ketika dia belum sesukses sekarang, dia mencari peluang dari menjual kue keliling milik tetangganya. Biasa aja ya? Sabar, yang luar biasa adalah ide dan dialognya. Mari kita simak, yuk!
Suatu hari, om Bob bingung mau punya usaha, tapi dia gak ‘gablek’ duit. maka dia datangi tetangganya yang dia lihat menjual kue buatan sendiri. Dia datang dengan penawaran, bukan meminta pekerjaan.
Perhatikan dialognya kira-kira seperti ini:
Bob: Wah, sepertinya ibu rajin bikin kue ya? Laris, Bu?
Tetangga: Ya Alhamdulillah, dek. Banyak pesenan. (Waktu itu om Bob masih muda, ceritanya…)
Bob: Apa gak capek bu, bikin kue banyak begitu, terus harus jualan lagi?
Tetangga: Ya capeklah, namanya juga usaha.
Bob: Hmm…saya punya ide. Gimana kalau Ibu sekarang gak usah jualan lagi. Biar saya saja yang jualin. Biar saya saja yang keliling bawa kue ibu untuk ditawar-tawarkan. Jadi ibu di rumah aja, bikin kue terus. Soal bagian saya, bisa diaturlah. Gimana ide saya?
Tetangga: Ide bagus! Tapi kalau ntar lakunya dikit, saya malah tekor bayar dek Bob. Maaf dek, saya gak mau…
Bob: Gini, Bu. selama ini, Ibu kan hanya punya waktu menjual kue sedikit. Waktunya malah banyak dihabiskan untuk bikin kue terus. Gimana kalau kita bagi-bagi tugas aja. Kalau saya yang jualin kuenya, saya punya lebih banyak waktu dibanding ibu. Karena waktu saya lebih panjang, lakunya mestinya lebih banyak, kan Bu. Lagi pula, selain itu, Ibu jadi punya waktu yang lebih longgar untuk bikin kue lebih banyak lagi.
Oke deh, kalau Ibu khawatir soal bayaran saya, gini aja, kita coba aja seminggu ini. Ntar, kalau hasilnya gak bagus, Ibu gak usah bayar saya deh…Keuntungan semua untuk ibu. Beneran, kalau seminggu ini hasilnya tidak bagus, saya gak usah dapet bagian.
Tetangga: Hmmmm….. (mulai mikir dia! Hehehehe)
Oke deh, mulai besok ya??!!
Nah, hebatkan…tiba-tiba seorang Bob Sadino muda punya bisnis jualan kue, tanpa modal, tanpa perlu punya keahlian bikin kue. Cara bepikir dan bertindak seperti inilah yang harus kita pupuk terus, agar sukses. Ambillah resiko, ambil juga sebagian resiko mitra yang diajak kerja sama menjadi resiko kita sendiri.Tawarkan sesuatu, bukan meminta sesuatu!
===
Satu lagi, suatu saat Bob Sadino telah sukses. Lalu datanglah seorang pemuda padanya mengeluhkan keadaan yang serba sulit. Intinya dia minta dibantu.
Pemuda: Ampun om Bob, gimana ini, saya selalu gagal.
Bob: Kok bisa gagal?
Pemuda: Lamaran kerja ditolak dimana-mana…termasuk di perusahaan Om Bob.
Bob: Gak diterima kerja, ya bikin usaha dong!
Pemuda: Bikin usaha? Modalnya dari mana??
Bob: Hmmm….gitu ya. Gimana kalau kamu saya pinjemin modal untuk usaha. Biar jadi sukses seperti saya. Berapa modal yang kamu butuhkan?
Pemuda: Berapa ya? Terus untuk usaha apa ya? saya gak punya ide, nih Om.
Bob:  Aku sih ada ide buat bisnismu. Ini ada ide bagus. Mau gak?
Pemuda: Wah, makasih sekali om. Tapi gimana kalau idenya ntar gak cocok buat saya?
Bob: Ya, dicoba aja dulu…( sambil mengambil kertas dan alat tulis, menerangkan ide usahanya)
Pemuda: Wah, keren Om. saya coba deh. Tapi Om, maaf nih, gimana nanti kalau gagal?
Bob: Mau berhasil kok takut gagal! Kuno!
Pemuda: Oke, baiklah Om, saya terima dan akan saya coba. Tapi nanti kalau gagal, saya dapet keringanan dalam pengembalian modalnya, kan??
Bob: ……….. #%$#@

Lihat, keadaan apapun, selalu saja bisa dijadikan keluhan bagi seorang yang tidak percaya diri. Masih seperti itu anda?
Semoga tidak ya……..

Kisah Sukses 12

kisah pebisnis online, entrepreneur sukses
Mario Barker

Kisah sukses pengusaha muda berikut ini sangat menginspirasi dan memotivasi terutama bagi Anda yang saat ini ingin memulai bisnis tanpa modal. Pada dasarnya, sukses adalah pencapaian yang harus ditempuh melalui proses. Sukses bukan semata ditentukan oleh seberapa banyak uang dan seberapa besar usaha yang telah dirintis. Seringkali orang-orang sukses mengatakan bahwa keyakinan kita terhadap kesuksesan justru lebih penting daripada hasil kesuksesan itu sendiri. Bagaimana kita mengasah diri agar menjadi pengusaha sukses? Nah berikut ini adalah wawancara saya dengan seorang pengusaha toko online tasbandoeng.com

Pria bertubuh besar dengan jenggot khasnya ini bernama lengkap Setyo Eko Wicaksono, kelahiran Solo tanggal 17 Juli 1989. Namun di dunia maya nama populernya adalah Mario Barker. Lahir di Solo, dan sejak kecil sampai remaja tingal di Indramayu bersama orang tuanya.

Banyak sekali pengalaman bisnis yang sudah dijalaninya, mulai dari tahun 2006 selepas dari bangku SMA Mario Barker muda melanjutkan studi di perguruan tinggi swasta di Bandung. Seiring dengan kesibukannya sebagai mahasiswa, Mario sudah menekuni berbagai bisnis untuk menambah uang jajan mulai dari penjual pulsa, pakaian, sepatu, laundry, keripik sampai merambah ke bidang teknologi yaitu jual beli handphone.

Semua bisnis tersebut tidak dijalaninya sekaligus melainkan bergantian. Kegagalan demi kegagalan tidak membuatnya berhenti untuk berbisnis, melainkan semakin penasaran dan membuat mental entrepreneur dalam dirinya semakin terasah. Nah hingga pada tahun 2012, tepatnya bulan November mulailah dia bersama adik kandungnya membangun toko online dengan memilih produk tas fashion wanitatasbandoeng.com

Kenapa Anda memilih untuk bisnis daripada bekerja menjadi karyawan?

"Saya memilih wirausaha karena suka, selain memang saya terlahir dari keluarga dengan latar belakang sebagai pedagang. Setelah lulus SMA saya menjalankan aktivitas yang sama, lalu dalam perjalanannya saya mendapatkan informasi bahwa ternyata Nabi Muahammad SAW pun seorang pedagang. Jadi ya semakin mantap deh tekad saya menjadi seorang entrepreneur"

Pernah kerja?

"Saat masih menjadi mahasiswa saya pernah bekerja freelance di perusahaan makanan, lalu lanjut di perusahaan rokok swasta. Dan setelah lulus kuliah, sempat menjadi executive marketing salah satu cafe di Bandung"

Apa kelebihan menjadi entrepreneur daripada karyawan?

Sebenarnya ada banyak keuntungan memilih menjadi entrepreneur daripada menjadi karyawan. Menurut saya, faktor utama yang membuat saya tertarik menjadi seorang entrepreneur adalah kenyamanan. Karena dengan menjadi entrepreneur kita bisa memilih bidang bisnis yang sesuai dengan passion kita.

Apakah bukan karena uang?

Ohh bukan, uang itu hanya sebagai penyemangat saja, ibarat nose dalam mesin mobil. Ketika kita bisa menuangkan ide dan gagasan dan kemudian ide kita tersebut bisa dikonversi menjadi benefit untuk klien bisnis, itu memberikan kepuasan tersendiri yang tidak ternilai.

Apa kelebihan bisnis online dibandingkan bisnis offline?

"Ada dua hal, yaitu:
1. Produk lebih cepat diketahui orang
2. Jangkauan market tak terbatas jarak"

Berapa omset saat ini?

"Yaah omset sih belum seberapa, saat ini alhamdulillah baru diangka 150-200 juta per bulan"

Formula apa yang membedakan tasbandoeng.com sebagai bisnis Anda sekarang menjadi lebih sukses daripada bisnis anda sebelumnya?

"Prinsip Take and give adalah cara yang dilakukan oleh berbagai pengusaha sukses di dunia termasuk Bill Gates dan Donald Thrump. Jadi, kita harus memberi pelayanan dan kualitas terbaik terlebih dahulu. Dengan sendirinya, kita akan terus dipercaya oleh klien."

Berapa modal awal Anda memulai bisnis online?

"Modal uang sih hampir gak ada, saya hanya memulai bisnis dengan modal harga diri dan reputasi. Toh dua hal itu yang paling vital sebelum kita memiliki modal uang. Kita harus bisa menjadi pribadi yang jujur dan bisa dipercaya. Itu adalah kunci untuk menjalani bisnis, apapun itu bisnisnya. Percuma tho, punya modal tapi gak ada klien yang mau bekerjasama dengan kita lantaran kita tidak bisa dipercaya."
Keren.. jadi cuma modal harga diri ya? hehe. 
Terus..siapa tokoh yang menjadi inspirasi Anda?

"Yups.. begitulah hehe. Inspirasi saya adalah Nabi Muhammad SAW, Ippho santosa, Ust Yusuf Mansyur. dan Bob Sadino."

Kasih tips dong buat entrepreneur muda.

"Jika kita ingin menjadi entrepreneur sukses, jauhi semua hal yang dilarang oleh Agama dan action lebih cepat tanpa takut gagal. Pengalaman adalah hasil dari satu proses yang dilakukan tanpa henti. Fokuskan bisnis Anda untuk memberikan benefit sebanyak-banyaknya, InsyaAllah..profit akan mengikuti"

Kisah Sukses 11

Pernahkah anda membayangkan seorang tukang sapu yang bekerja membersihkan jalanan dari sampah dan dedaunan. Atau pernahkah anda membayangkan seorang tukang kuli bangunan yang harus bekerja banting tulang menghadapi panasnya terik sinar matahari demi menafkahi keluarga. Tentu saja anda tidak pernah melirik orang seperti ini.

Tapi pernahkah anda berpikir orang seperti yang tersebut di atas kini menjadi seorang pengusaha sukses yang memiliki omset hingga ratusan juta rupiah setiap bulannya. Mungkin anda akan terkagum-kagum atau cuma bisa melohok melihatnya.

Begitulah yang terjadi pada Tri Sumoono yang kini lewat perusahaan CV 3 Jaya, ia mengelola banyak cabang usaha, antara lain, produksi kopi jahe sachet merek Hootri, toko sembako, peternakan burung, serta pertanian padi dan jahe. Bisnis lainnya, penyediaan jasa pengadaan alat tulis kantor (ATK) ke berbagai perusahaan, serta menjadi franchise produk Ice Cream Campina. 

Dari berbagai lini usahanya itu, ia bisa meraup omzet hingga Rp 500 juta per bulan. Pria kelahiran Gunung Kidul, 7 Mei 1973, ini mengaku tak pernah berpikir hidupnya bakal enak seperti sekarang. Terlebih ketika ia mengenang masa-masa awal kedatangannya ke Jakarta. Mulai merantau ke Jakarta pada 1993, pria yang hanya lulusan sekolah menengah atas (SMA) ini sama sekali tidak memiliki keahlian.

Ia nekat mengadu nasib ke Ibu Kota dengan hanya membawa tas berisi kaus dan ijazah SMA. Untuk bertahan hidup di Jakarta, ia pun tidak memilih-milih pekerjaan. Bahkan, pertama bekerja di Jakarta, Tri menjadi buruh bangunan di Ciledug, Jakarta Selatan. Namun, pekerjaan kasar itu tak lama dijalaninya. Tak lama menjadi kuli bangunan, Tri mendapat tawaran menjadi tukang sapu di kantor Kompas Gramedia di Palmerah, Jakarta Barat.

Tanpa pikir panjang, tawaran itu langsung diambilnya. "Pekerjaan sebagai tukang sapu lebih mudah ketimbang jadi buruh bangunan," jelasnya.Lantaran kinerjanya memuaskan, kariernya pun naik dari tukang sapu menjadi office boy. Dari situ, kariernya kembali menanjak menjadi tenaga pemasar dan juga penanggung jawab gudang.

Pada tahun 1995, ia mencoba mencari tambahan pendapatan dengan berjualan aksesori di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Saat itu, Tri sudah berkeluarga dengan dua orang anak. Selama empat tahun Tri Sumono berjualan produk-produk aksesori, seperti jepit rambut, kalung, dan gelang di Jakarta. Berbekal pengalaman dagang itu, tekadnya untuk terjun ke dunia bisnis semakin kuat. "Saya dagang aksesori seperti jepit rambut, kalung, dan gelang dengan modal Rp 100.000," jelasnya.

Setiap Sabtu-Minggu, Tri rutin menggelar lapak di Stadion Gelora Bung Karno. Dua tahun berjualan, modal dagangannya mulai terkumpul lumayan banyak. Dari sanalah ia kemudian berpikir bahwa berdagang ternyata lebih menjanjikan ketimbang menjadi karyawan dengan gaji pas-pasan. Makanya, pada tahun 1997, ia memutuskan mundur dari pekerjaannya dan fokus untuk berjualan.

Berbekal uang hasil jualan selama dua tahun di Gelora Bung Karno, Tri berhasil membeli sebuah kios di Mal Graha Cijantung. "Setelah pindah ke Cijantung, bisnis aksesori ini meningkat tajam," ujarnya.

Tahun 1999, ada seseorang yang menawar kios beserta usahanya dengan harga mahal. Mendapat tawaran menarik, Tri kemudian menjual kiosnya itu. Dari hasil penjualan kios ditambah tabungan selama ia berdagang, ia kemudian membeli sebuah rumah di Pondok Ungu, Bekasi Utara. Di tempat baru inilah, perjalanan bisnis Tri dimulai.

Pengalaman berjualan aksesori sangat berbekas bagi Tri Sumono. Ia pun merintis usaha toko sembako dan kontrakan. Sejak itu, naluri bisnisnya semakin kuat. Saat itu, ia langsung membidik usaha toko sembako. Ia melihat, peluang bisnis ini lumayan menjanjikan karena, ke depan, daerah tempatnya bermukim itu bakal berkembang dan ramai. "Tapi tahun 1999, waktu saya buka toko sembako itu masih sepi," ujarnya.

Namun, Tri tak kehabisan akal. Supaya kawasan tempatnya tinggal kian ramai, ia kemudian membangun sebanyak 10 rumah kontrakan dengan harga miring. Rumah kontrakan ini diperuntukkan bagi pedagang keliling, seperti penjual bakso, siomai, dan gorengan. Selain mendapat pemasukan baru dari usaha kontrakan, para pedagang itu juga menjadi pelanggan tetap toko sembakonya. "Cara itu ampuh dan banyak warga di luar Pondok Ungu mulai mengenal toko kami," ujarnya.

Seiring berjalannya waktu, naluri bisnisnya semakin kuat. Tahun 2006, Tri melihat peluang bisnis sari kelapa. Tertarik dengan peluang itu, ia memutuskan untuk mendalami proses pembuatan sari kelapa. Dari informasi yang didapatnya diketahui bahwa sari kelapa merupakan hasil fermentasi air kelapa oleh bakteri Acetobacter xylium. Untuk keperluan produksi sari kelapa ini, ia membeli bakteri dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor. "Tahap awal saya membuat 200 nampan sari kelapa," ujarnya.

Sari kelapa buatannya itu dipasarkan ke sejumlah perusahaan minuman. Beberapa perusahaan mau menampung sari kelapanya. Tetapi, itu tidak lama. Lantaran kualitas sari kelapa produksinya menurun, beberapa perusahaan tidak mau lagi membeli. Ia pun berhenti memproduksi dan memutuskan untuk belajar lagi.

Untuk meningkatkan kualitas sari kelapa, ia mencoba berguru ke seorang dosen Institut Pertanian Bogor (IPB). Mulanya, dosen itu enggan mengajarinya karena menilai Tri bakal kesulitan memahami bahasa ilmiah dalam pembuatan sari kelapa. "Tanpa sekolah, kamu sulit menjadi produsen sari kelapa," kata Tri menirukan ucapan dosen kala itu.

Namun, melihat keseriusan Tri, akhirnya sang dosen pun luluh dan mau memberikan les privat setiap hari Sabtu dan Minggu selama dua bulan. Setelah melalui serangkaian uji coba dengan hasil yang bagus, Tri pun melanjutkan kembali produksi sari kelapanya. Saat itu, ia langsung memproduksi 10.000 nampan atau senilai Rp 70 juta. Hasilnya lumayan memuaskan. Beberapa perusahaan bersedia menyerap produk sari kelapanya. Sejak itu, perjalanan bisnisnya terus berkembang dan maju.

Demikian kisah motivatif tentang Tri Sumono yang membuktikan bahwa dengan ketekunan dan kerja keras pasti bisa meraih setiap apa yang di impikan dan cita-citakan. Semoga kisah di atas bisa menjadi sebuah isnpirasi bagi kita semua.

Kisah Sukses "Bill Gates"

Bill-GatesJika mendengar nama ini, orang akan langsung ingat dua hal, yakni Microsoft dan kekayaan. Yah, memang tak bisa dimungkiri, orang mengenal Bill Gates sebagai pendiri perusahaan piranti lunak terbesar di dunia. Selain itu, kekayaan yang diperolehnya dari perusahaan itu telah membuatnya jadi orang terkaya di dunia beberapa tahun berturut-turut, tanpa pernah tergeser ke posisi kedua sekalipun. Konon, kekayaannya mencapai 71% nilai anggaran belanja negara kita, yakni lebih dari Rp500 triliun. Sungguh fantastis!
Tapi, semua itu tentu melalui proses panjang. Semua berawal dari impian Bill Gates saat masih muda. Ketika itu, sekitar tahun 70-an, ia yang hobi mengutak-atik program komputer memimpikan bisa menghadirkan komputer ke rumah-rumah. Sesuatu yang dianggap sulit diwujudkan pada masa itu. Sebab, pada tahun itu komputer masih berukuran sangat besar dan hanya dimanfaatkan untuk hal-hal tertentu saja.
Kelahiran Seattle dari pasangan seorang pengacara dan pegawai bank ini memang terkenal cukup ambisius. Pada saat masih sekolah dasar, semangatnya yang cenderung menyulitkannya dalam pergaulan membuat orang tuanya memindahkan sekolahnya ke sekolah unggulan khusus laki-laki di Lakeside School. Di sekolah itulah ia pertama kali berkenalan dengan dunia yang mengantarkan pada bakatnya di bidang pemrograman. Saat itu ia mengenal mesin teletype, semacam mesin ketik yang bisa diberi program sederhana. Dari mesin itu, kemudian dia mulai menguasai dengan baik bahasa pemrograman BASIC. Ia pun lantas bertemu dengan komunitas penggemar program dan sering menghabiskan waktunya berjam-jam untuk menekuni hobi tersebut.
Ayah tiga anak ini kemudian mengembangkan bakatnya saat kuliah di Universitas Harvard. Namun, saat kuliah di universitas elit di Amerika itu, lagi-lagi ambisi Bill Gates membuatnya lebih memilih untuk mewujudkan impiannya, dibandingkan harus menyelesaikan studi. Ia memilih drop out dan berkomitmen kuat untuk mewujudkan ambisinya.
Komitmen itu diwujudkan dengan ketekunan, ketelatenan, dan keuletan, sehingga pelan tapi pasti hobinya membuat program telah menjadi bisnis yang kian menguntungkan. Ia kemudian juga bertemu dengan Paul Allen, rekan yang kemudian turut membantunya mewujudkan impian menghadirkan komputer ke rumah-rumah. Duet mereka banyak menghasilnya program-program unggulan, salah satunya MS-DOS yang kemudian banyak dipakai sebagai software di berbagai komputer.
Berbagai inovasi tak henti dilakukannya. Hasilnya? Seperti yang dilihat banyak orang saat ini. Impian Bill Gates telah menjadi nyata. Hampir setiap rumah, kini mempunyai komputer. Dan, hebatnya, sistem operasinya kebanyakan menggunakan produk Microsoft. Inilah yang membuat pundi-pundinya terus mengembang.
Kini, dengan kekayaannya tersebut, Bill Gates dan istrinya, Melinda, kemudian mendirikan Bill & Melinda Gates Foundation. Yayasan bentukan Gates ini digunakan untuk berbagai kegiatan sosial. Mulai dari menyalurkan beasiswa kepada kaum minoritas, berperang melawan penyakit seperti AIDS dan berbagai penyakit lainnya, hingga memerangi kelaparan dan kemiskinan. Tak tanggung-tanggung, pasangan suami istri ini menyumbangkan lebih dari US$ 5 miliar untuk kepentingan yayasan ini. Sebuah sumbangan terbesar di dunia yang pernah diberikan pada sebuah yayasan sosial.
Sebuah impian, jika disertai dengan keyakinan kuat dan kerja keras, serta dilandasi komitmen perjuangan tanpa henti, akan memberi hasil yang gemilang. Bill Gates adalah bukti nyata bahwa impiannya yang pernah dianggap mustahil, kini mampu diwujudkannya. Nilai keyakinan dan perjuangan inilah yang bisa kita contoh dalam kehidupan kita. Selain itu, kepedulian Bill Gates untuk berbagi juga bisa dijadikan teladan bahwa sukses akan lebih berarti jika kita bisa saling berbagi.

Kisah Sukses 10

Kisah Sukses Yayank berbisnis Kedai Kopi Harga Kaki Lima citarasa StarbucksBerawal dari pengalaman selama 16 tahun di industri pembuatan kopi, ibu rumah tangga asal Sidoarjo Jawa Timur ini sukses berbisnis kedai kopi harga kaki lima tapi bercita rasa kelas ‘Starbucks’. Yayank S. Sahara, ia memulai bisnis kedai kopi tepatnya Juni 2010 silam setelah keluar dari pekerjaan.Yayank bermodal hanya uang pesangon senilai Rp 6 juta memutuskan membuka sebuah kedai kopi kelas kafe.
Namun karena modal tak cukup, Yayank dibantu sang suami akhirnya membuat kedai kopi berkonsep kaki lima bernama Coffeezone di Gelanggang Olahraga Sidoarjo, Jawa Timur. Meskipun modal awal tersebut sangat kecil dan berbekal kedai kaki lima, berkat ketekunan dan cita rasa menu kopi yang berkualitas, akhirnya banyak pelanggan yang datang dan menjadi pelanggan setia Coffeezone.
“Ketika aku kerja punya ide buka usaha, mulai batik busana muslim anak, cuma jalannya kurang sukses terus saya kelur kerja bikin usaha kopi. Cuma waktu itu, modalnya dari uang pesangon, ternyata uang pesangon itu nggak cukup bikin satu kafe. Akhirnya kita buka konsep PKL di Gor Sidoarjo tapi menu yang kita sajikan kopi bintang lima,” tutur Yayank.
Setelah berjalan beberapa bulan, ternyata ada pelanggan setianya yang ingin dibuatkan sebuah kedai kopi dengan konsep kafe di Gresik Jatim. Melalui konsep kemitraan, akhirnya Yayank menyanggupi permintaan sang pelanggan untuk membuka kafe milik pelanggannya namun dikelola oleh Yayank.
Kisah Sukses Yayank CoffeezoneTernyata, berawal dari sana kemudian permintaan membuka kedai kopi dari para pelanggan atau masyarakat cukup tinggi. Hingga akhirnya, sekarang telah dibuka 9 kedai kopi dengan konsep kafe dan island atau kedai kecil yang menumpang di mal-mal.
Semua kedai tersebut merupakan milik mitra dan tersebar dari Surabaya hingga Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) namun kedai kopi itu dikelola oleh perusahaan milik Yayank, Coffezone Indonesia. “Dari sana mulai terus sampai 9 kafe. Ada konsep kafe dan island,” tambahnya.
Pesatnya perkembangan bisnis Coffeezone, tak terlepas dari ketekunan, kerja keras dan komitmen Yayank menjaga kualitas dan inovasi makanan dan minuman yang ditawarkan. Untuk kopi, Yayank menawarkan citra rasa kopi dari Sabang sampai Merauke. Selain itu, ada berbagai pilihan minuman sekelas Starbucks seperti cappucino, hazelnut coffee hingga coffee blended, chocolate ice blended, red bean green milk tea.
Selain itu ada ada juga makanan ringan yang melengkapi pilihan menu yang ditawarkan seperti pancake, sandwich dan banana stick. “Kita jaga kualitas jangan sampai pelanggan saya bilang namanya bagus tapi rasa atau menu kopinya sama saja. Kopi saya pakai istilah kopi modern. Harga minuman Rp 10.000 sampai Rp 20.000 masih terjangkau untuk kelas mahasiswa,” sebutnya.
Coffeezone yayank saharaUsaha yang dijalani Yayank bukannya semulus yang dibayangkan, karena posisinya pernah menduduki level yang cukup tinggi di perusahaan produsen kopi internasional. Yayank sempat dicibir karena memutuskan keluar pekerjaan dan membuka kedai kopi kaki lima namun berkat keteguhan hati dan kerja kerasnya, hal tersebut mengalahkan segalanya.
“Suami sebetulnya nggak tega liat, posisi saya sebagai kepala bagian, buka kedai kopi kaki lima dilihat orang malah jualan kaki lima, diketawakan. Namun keinginan saya mengalahkan cemohan. Akhirnya dari situ berjalan,” paparnya. Saat ini, Yayank berencana pada bulan Maret 2013 menambah 2 kedai kopi baru milik mitra di Surabaya.
Ia membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin membuka kedai kopi dengan merek Coffeezone. Untuk membuka kedai kopi berkonsep kafe, seorang mitra cukup merogoh kocek Rp 75 juta dan konsep island dibandrol seharga Rp 45 juta. Apakah anda tertarik untuk membuka usaha kopi konsep Coffeezone atau sekedar ingin berkonsultasi soal bisnis kopi. Anda bisa mengirim email ke: coffeezoneindonesia@yahoo.comatau mengunjungi website: www.mycoffeezone.net atau datang ke alamat: Jl. Wonokromo Tangkis No 18 Surabaya factory: Griyaloka A1 no 6 Jatikalang Sidoarjo Jawa Timur.

Kisah Sukses 9

Sandal Sabertooth.Kelihaian Yayat Hidayat berinovasi membuatnya sukses menghidupkan bisnis sandal gunung yang hampir mati. Kini, dengan membuat sandal outdoor aneka warna dengan merek Sabertooth, ia berhasil meraup sukses di bisnis sandal gunung.
Kesuksesan usaha seseorang terkadang tidak datang dari sesuatu yang ia sukai. Tapi, dengan kemauan belajar yang besar, orang bisa saja menjadi berhasil.
Yayat Hidayat telah membuktikannya. Meski awalnya tak menggemari dunia kerajinan sandal, kini, ia justru sukses menjadi pengusaha sandal dengan merek Sabertooth.
Oke, mungkin, sebagian orang masih asing dengan merek Sabertooth. Tapi, jika menyebut nama Sandal Dody, barangkali, Anda yang cukup lama tinggal di Bandung bakal mengenalnya. Sebab, merek sandal ini sudah ada sejak 1980 dan sempat menjadi produk wajib para pecinta alam. Nah, Sabertooth merupakan nama baru Sandal Dody sejak tahun 2010.
Yayat bukanlah pemilik dan pencipta merek Sandal Dody yang kini bernama Sabertooth. Pemilik merek ini adalah Doddy Kasoem, pengusaha di Bandung yang juga memiliki bisnis peralatan outdoor dengan merek Jayagiri. Yayat merupakan orang di balik dua merek itu. “Saya adalah perajin yang memasok sandal,” ujar pria 34 tahun ini.
Kisah Yayat membuat sandal berawal selepas ia kuliah di Jurusan Teknik Mesin Universitas Pasundan, Bandung. Kebetulan, Yayat dan Doddy sama-sama aktif di sebuah masjid. Pada tahun 2002, jalinan kerjasama semakin kuat saat Doddy memintanya jadi pemasok sandal.
Keunggulan-Sandal-SabertoothMeski tawaran itu menarik, usaha untuk mewujudkannya tidak semudah yang dibayangkan. Sebab, Yayat tidak tahu-menahu soal bisnis sandal, apalagi membuatnya. Saat itu, minat utamanya adalah dunia otomotif. Beruntung, sang ayah yang merupakan salah satu perajin sepatu di daearah Parakan Saat, Bandung, mau mengajarinya membuat sandal.
Pertama kali Yayat memasok Sandal Dody pada tahun 2004 atau baru dua tahun kemudian sejak dia diminta Doddy membuat sandal. “Saya belajar dulu, dan berulang kali desain saya ditolak,” tuturnya.
Setelah berhasil memenuhi pesanan pertama, selanjutnya, Yayatrutin memasok 500 pasang sandal tiap bulan. Harga sepasang sandal saat itu sekitar Rp 30.000. Saat itu, outlet Sandal Dody di Bandung tersisa tiga. Sebelumnya, Sandal Dody memiliki belasan outlet yang tersebar sampai ke Sumatra.
Suatu kali pada tahun 2008, Doddy menyatakan ingin fokus menggarap produk outdoor dengan merek Jayagiri. Lantaran jalinan kerjasama dengan Yayat sudah cukup dekat dan seperti keluarga, Doddy lantas menyerahkan merek Sandal Dody kepada Yayat.
Inovasi produk
Hingga tahun 2009, Yayat bertahan dengan membuat sandal bermerek Sandal Dody. Namun, lama kelamaan, ia merasakan bahwa usahanya tidak tambah maju.
Akhirnya, setelah membaca minat pasar, sejak awal 2010, Yayat membuat sandal outdoor dengan aneka warna. “Bisa dibilang, ini adalah sandal outdoor pertama yang berani menggunakan aneka warna,” ujar bapak tiga anak ini. Tak hanya membenahi desain, ia juga merombak merek dagangnya menjadi Sabertooth.
Menyadari luasnya pasar di dunia maya, Yayat lantas menawarkan sandal buatannya lewat sejumlah situs jejaring sosial dan membuat website. Modal awalnya kala itu sebesar Rp 10 juta yang ia ambil dari tabungan. Pada Februari 2010, ia mendapat suntikan modal dari  PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII sebesar Rp 20 juta.
Tak disangka, inovasi produk berupa sandal outdoor aneka warna itu mendapat sambutan hangat di pasar. Sejak diluncurkan pada April 2010, setiap bulan, Yayat bisa memproduksi 2.500–4.000 pasang sandal. Di luar merek sendiri, ia mengaku tiap bulan juga memasok sandal ke dua merek lain. Jumlahnya mencapai 300 pasang.
Dari produksi sebanyak itu, 70% di antaranya adalah sandal outdoor dengan aneka warna. Sisanya adalah sandal outdoor warna hitam seperti yang kebanyakan beredar di pasar. Dengan harga sandal Rp 70.000–Rp 85.000 per pasang, tiap bulan, Yayat bisa menangguk omzet ratusan juta rupiah.
Model pemasaran dengan menggunakan jalur dunia maya ternyata juga mampu menjerat pembeli asal Malaysia. Melalui pedagang perantara, Yayat mendapat pesanan membuat 6.500 pasang sandal. Paling lambat, awal tahun depan, pesanan sudah harus dikirim ke negeri jiran tersebut.
Menghadapi permintaan yang semakin banyak, Yayat mulai memperluas kapasitas produksi. Ia tidak kesulitan melakukannya lantaran kembali mendapatkan dana bantuan dari PTPN VIII sebesar Rp 150 juta pada Agustus 2010.
Respons positif dari pasar mancanegara itu kian mengibarkan rasa optimistis Yayat. Tahun depan, dia bersiap melebarkan sayap dengan menambah rekanan bisnis lewat sistem konsinyasi. Ia berniat melebarkan sayap bisnis ke Singapura dan Brunei Darussalam.
Tak tanggung-tanggung, tahun depan, ia menargetkan bisa memasarkan sandal Sabertooth ke 100 toko.